Senin, 17 Januari 2011

Pendidikan, Sastra dan Budaya

 SINAR PAGI, Tahun 40/Edisi 19 - 25 Januari 2011

Cerita Hampa                Karya : Pratiwi Diranti                                 

Aku termenung
di pinggiran ruang-ruang mimpi
ingin kusampaikan cerita ini padamu kawan
cerita hampa tentang kesedihan hatiku

Tatkala ku tanyakan pada bintang
bagaimana nasibku kala ini
bintang hanya terdiam membisu
dia tak mampu membebaskan kehampaanku

Ketika kutanyakan pada mentari
ia hanya mengeluarkan sinarnya
dan seolah menunjukkan
dialah sang penguasa jagat raya

Lalu aku pun bertanya pada langit
dimanakah suasana hatiku
yang kemarin menghilang
aku menangis meminta ke hadapan Tuhan
haruskah ku tinggalkan bumi ini

SMA Negeri 8 Pekanbaru


Tinjauan Puisi:

Diary Teman Cerita Mengasyikkan

Oleh: Acep Syahril

Bicara soal hati di dunia remaja memang bukan perkara mudah untuk mencari penyelesaiannya, selain karena tingkat berfikirnya masih labil, kesadaran terhadap dirinya juga masih belum jelas dan mudah berubah-ubah. Untuk itu disarankan agar memilih cara yang lebih bijak serta mampu meningkatkan kekokohan mental dan pola fikirnya, sehingga apa yang menjadi persoalan dalam dirinya saat itu bisa diatasi tanpa melibatkan banyak orang.
Cara bijak dimaksud salah satunya menumbuhkan kebiasaan membaca sejak dini dan atau membiasakan menuliskan setiap persoalan lahir mau pun persoalan batin yang seringkali mendominasi aktifitas keseharian ke catatan harian sebagai media curhat yang bernilai dan bermanfaat.
Soalnya tidak sedikit di dunia ini orang-orang besar yang pemikiran-pemikirannya tersimpan di catatan harian (diary), seperti Madame Curie, fisikawan penemu zat radioaktif radium dan polonium asal Sklodowska itu, atau di Indonesia seperti Andera Hirata yang terangkat lewat buku Laskar Pelanginya.
Memang Diary identik dengan perempuan, sebagai teman bayangan dengan ceritanya yang selalu mengasyikkan. Sebagai sesuatu yang penting dalam menggiring perkembangan psikologis remaja, yang bisa membantu untuk berpikir dan berkembang.
Beberapa tahun selang catatan harian ini ketika dibaca lagi, disitu dia bisa menjadi guru yang mampu memberikan palajaran terbaiknya dengan cara introspeksi. Tapi kali ini kita diajak Pratiwi Diranti, siswa SMAN 8 Pekanbaru lewat puisinya Cerita Hampa.
Dalam puisinya Diranti memaparkan kegelisahan mengenai dirinya yang tidak tampak persoalan apa yang dia alami sebenarnya. Sampai-sampai dia mendekati putus asa, aku menangis meminta kepada Tuhan, haruskah kutinggalkan bumi ini.
Lalu aku pun bertanya pada langit
dimanakah suasana hatiku
yang kemarin menghilang
aku menangis meminta ke hadapan Tuhan
haruskah ku tinggalkan bumi ini
Meski secara teori penulisan puisi apa yang dituliskan Diranti belum sampai pada hasil yang memuaskan, tapi secara psikologis paling tidak Diranti telah mampu mengarahkan kegelisahan jiwanya dalam bentuk karya yang kemudian bermanfaat bagi orang lain.
Diranti kini telah punya teman baru tempat dia curhat, yakni diary: Aku termenung, di pinggiran ruang-ruang mimpi, ingin kusampaikan cerita ini padamu kawan, cerita hampa tentang kesedihan hatiku, Tatkala ku tanyakan pada bintang, bagaimana nasibku kala ini, bintang hanya terdiam membisu, dia tak mampu membebaskan kehampaanku, Ketika, kutanyakan pada mentari, ia hanya mengeluarkan sinarnya, dan seolah menunjukkan, dialah sang penguasa jagat raya.

1 komentar: