Senin, 01 November 2010

Pendidikan, Sastra & Budaya


Puisi: Aryo

MAAF

Akhir cinta menyedihkan
tak satu pun kata bisa kuungkap

Sebenarnya ku tak mau kau pergi
tapi hati ini terlanjur perih

Maafkan aku
maafkan segala khilafku
mungkin ini takdir

Kau tau kini aku menanggung sesal
yang kian memberat

SMAN 1 Krangkeng-Indramayu



Puisi Sherina Syahril

ANDAI KAMU

Andai kamu….
batu kan ku belah
dalam emosi

Andai kamu….
lautan kan ku bakar
dalam dendam

Andai kamu….
bumi kan ku bungkus
dalam peluk

Kupijak semua yang ada
dimata jika itu benar
bayangmu…

SMK NU Kaplongan-Indramayu
Kelas X TKJ




Tinjauan Puisi:
Cinta dan Emotivisme Dalam Puisi

Siapa pun orangnya pasti akan menghadapi persoalan sepanjang nafas masih menyatu di tubuhnya, dan siapa pun orangnya pasti punya cara untuk keluar dari persoalan itu sepanjang dia mau berusaha untuk melepasnya. Kalau pun kemudian persoalan tadi lepas dan membuatnya lega, tentu akan datang persoalan lain dengan kadar yang berbeda.
Tapi setiap orang juga punya cara untuk melepas atau menghindar dari persoalan, dan itu bisa dilihat dari tindakan berfikir dan kontrol emosinya. Seperti dua sahabat kita, Aryo (dari SMAN 1 Krangkeng-Indramayu) dan Sherina Syahril (dari SMK NU Kaplongan-Indramayu), keduanya memilih cara yang lebih pada tindakan emotivisme (teori dalam etika yang beranggapan bahwa arti pernyataan moral itu hanya mengungkapkan emosi atau perasaan). Dan letupan-letupan emosi mereka tidak sampai merugikan orang lain, justru sebaliknya mereka bisa memanfaatkan persoalan tersebut menjadi bahan renungan. Selain sebagai pelajaran juga sebagai karya yang memiliki makna lebih dalam tentang kehidupan. Sebagaimana ungkapan Aryo pada puisinya MAAF, di mana pada puisi ini dia lebih leluasa mengungkapkan penyesalannya. Penyesalan ketika dia harus mengambil keputusan sendiri untuk meninggalkan orang yang dia cintai, sementara disisi lain dia telah merasa disakiti.
Akhir cinta menyedihkan
tak satu pun kata bisa kuungkap
Sebenarnya ku tak mau kau pergi
tapi hati ini terlanjur perih
Namun sepuas-puasnya Aryo mengambil keputusan meninggalkan kekasihnya, sesakit-sakitnya pula dia ketika harus kehilangan orang yang masih dia cintai. Bahkan kemudian keputusan itu menjadi penyesalan dalam dirinya.
Kau tau kini aku menanggung sesal
yang kian memberat
Lain halnya dengan Sherina Syahril pada puisinya ANDAI KAMU, Sherina memiliki wawasan yang lumayan dalam mengolah persoalan yang ada dalam dirinya. Sehingga puisi yang dihasilkan pun terasa lebih hidup, itu terlihat pada pilihan diksi (kata) kata yang menjadi pilihannya.
Padahal persoalannya mungkin tidak jauh beda dengan persoalan yang dihadapi Aryo, hanya saja teknik mengemas persoalan menjadi sebuah karya ini yang membedakannya. Sebab Sherina di sini berupaya menyelami hidup atas persoalan yang pernah dia hadapi dengan gaya berfilsafat.
Andai kamu….
lautan kan ku bakar
dalam dendam
Meski sebenarnya dendam itu dilarang dalam agama, tapi untuk menghindari persoalan ini Sherina berupaya meluapkannya dalam bentuk kreatifitas, yakni puisi. Dan kita semua tau betapa dahsyat rasa sakit yang pernah dialami Sherina dari seseorang yang pernah melukai hatinya. Sehingga dia begitu dendam, namun rasa dendam itu berubah jadi sesuatu yang bernilai estetik (indah) dari luapan emotivisme Sherina.
Pernyataan emotivisme ini digunakan untuk mempengaruhi prilaku, pengekspresian emosi dan sikap seseorang. Tokoh aliran emotivisme ini adalah Sir Alfred Jules, salah seorang filsuf Inggris yang hidup di abad 19, lalu aliran ini dikembangkan oleh C.L. Stevenson sebagai aliran yang mengekspresikan pernyataan-pernyataan moral dari ungkapan perasaan serta sikap orang yang mengeekspresikannya.
Andai kamu….
batu kan ku belah
dalam emosi
Atau Kupijak semua yang ada/dimata jika itu benar/bayangmu…Pernyataan ini tentulah sangat mengerikan jika saja diekspresikan dalam bentuk fisik, atau realita sesungguhnya. Tapi karena ada dorongan estetik yang mendominasi kerangka emosionalnya, sehingga semuanya bisa berubah dalam wujud lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar