Senin, 01 November 2010

Pendidikan, Sastra & Budaya


Puisi: Ratih Komala

Pohon

Pohon kau cantik
kau seperti sedang tersenyum
tapi aku tak tau
kepada siapakah kau tersenyum

Kupikir kau tersenyum padaku
apakah benar kau senyum padaku
atau pada orang lain

Rantingmu yang panjang
daunmu yang rimbun
batangmu yang besar
membuatku kagum

SDN Gabuswetan II, Indramayu

Puisi: Bagas Surya Anggara

Daun

Banyak sekali daun
yang subur dan lalyu
karena matahari

Ada daun mangga daun jambu
dan daun bunga
hijau di mata

di halaman sekolahku
banyak dedaunan
rindang dan nyaman

SDN Gabuswetan II, Indramayu       


Tinjauan Puisi:

Fotosintesa
    Personifikasi Pohon Dan Daun

Oleh: acep syahril


Banyak hal menarik yang tiba-tiba membuat seseorang menuangkan inspirasinya untuk  menuliskan sesuatu yang berhubungan dengan apa yang dilihatnya. Namun tidak semua orang dapat menuliskan sesuatu itu menjadi menarik, karena tidak semua orang juga yang memiliki kepekaan seperti dimiliki Ratih Komala dan Bagas Surya Anggara. Kepekaan insting, kepekaan naluri atau kepekaan rasa yang akan sangat terasa ketika melihat suatu objek untuk dijadikan puisi.
Ini dibuktikan oleh keduanya (Ratih Komala dan Bagas Surya Anggara), masing-masing mencoba menangkap sesuatu yang lain dari apa yang dilihatnya. Ratih melihat pohon sebagai sesuatu yang aneh, dia seolah melihat pohon sebagai makhluk hidup seperti dirinya.
Pohon kau cantik
kau seperti sedang tersenyum
tapi aku tak tau
kepada siapakah kau tersenyum
Komunikasi yang dibangun dari kepekaan naluriah serta kepakaan rasa yang mampu merasakan gerak alam yang ada di sekitarnya serta rahasia yang tersembunyi di dalamnya. Kalau tumbuhan juga memiliki naluri serta bahasa yang bisa diterjemahkan oleh manusia melalui kepekaan-kepakaan yang dibangunnya /apakah benar kau senyum padaku/
atau pada orang lain/.
Justifikasi atau pernyataan rasa yang hidup seolah benar kalau pohon tadi tengah menatap dan tersenyum pada dirinya. Pernyataan yang dibangun dari citraan bahasa (symbol) yang menarik dan memiliki kesan kuat untuk sebuah puisi, dengan pilihan kata yang dipersonifikasi menjadi enak ditangan pembacanya.
Sementara ketika Ratih Komala asyik berkomunikasi dengan pohon, Bagas Surya Anggara justru memotret daun-daun yang ada disekitarnya, dia begitu arif mengamati perubahan yang terjadi pada daun-daun tersebut.
Banyak sekali daun
yang subur dan lalyu
karena matahari
Tanpa gaya bahasa dan pernyataan polos namun mengena ketika disimak sebagai sesuatu yang unik ketika puisi ini sampai ke tangan pembacanya. Meski secara ilmiah perubahan daun-daun tadi merupakan proses fotosintesa, sebagai proses pembentukan karbohidrat dari karbondioksida dan air dengan bantuan cahaya matahari. Cahaya matahari diserap oleh pigmen-pigmen tertentu, seperti zat hijau daun pada tumbuh-tumbuhan. Sampai kemudian daun-daun tadi selesai masa kerjanya dan layu.
Meski secara ilmiah juga Surya belum begitu memahami bagaimana prsoses fotosintesa tadi, namun paling tidak dari kepekaan nalurinya dia mencoba meyakinkan dirinya kalau daun-daun tadi menjadi hijau dan menjadi layu karena matahari.
di halaman sekolahku
banyak dedaunan                                              
rindang dan nyaman
Inilah puisi, sebuah dunia yang mampu mengurai pikiran-pikiran kita, dari hal sederhana yang kemudian menggiring keingitahuan kita melalui dunia membaca. Puisi sederhana Surya yang hanya diutarakan melalui bahasa konvensional/biasa tanpa symbol, pencitraan atau gaya bahasa namun telah memaksa kita untuk membuktikan pernyataan tersebut dari proses ilmiah yang gagah lalu menjadi jinak dalam bahasa puisi/sastra.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar