Jumat, 12 November 2010

Pendidikan Sastra & Budaya

Cinta Matematika                                                       Puisi: Ela Puji Wiharti

Ini bukan puisi biasa
ini puisi cinta matematika
penuh rumus dan logika
jika kau menghitung 1:2
maka jawabannya bukan 0,5
tapi hati yang terluka
atau hati tertusuk jangka

Jika 1 hati tak cukup
kau tambah dengan hati yang lain
jika belum sampai limit
kau akan terus menambah 2, 3, 4
dan sampai tak berhingga

Hmmm  cinta
itulah manusia
yang memiliki akar-akar kuat
untuk menegakkan siku-siku pada
segi tiga hati mereka

Klas: IX B SMPN 3 Sindang – Indramayu


Puisi Cinta                                                                        Puisi: Mutia

Usia kita memang berbeda
tapi perbedaan itu tidak penting
karena cinta adalah pertanda
kedewasaan kita akan hidup

Karena perbedaan aku harus
menerima berbagai kesulitan
padahal aku sangat mencintainya
meski dia acuh tak acuh padaku

Berbagai cobaan aku terima
untuk mendapatkan cinta itu
tapi karena perbedaan
aku harus melepasnya
demi kebahagiaan dia
aku rela melepasnya
selamat jalan cinta
aku tak ingin semua terjadi
hanya karena perbedaan usia ini

Klas: IX B SMPN 3 Sindang – Indramayu


Tinjauan Puisi:
Cinta Dalam Idiom Matematika

oleh: Acep Syahril

Pagi itu, Rabu 20 Oktober 2010 di SMPN 3 Sindang Indramayu, sebelum bertemu kepala sekolahnya, Drs. H. Faoji. Aku mengamati majalah dinding yang di dalamnya ada beberapa tempelan kertas bertulisan puisi, robek dan tampaknya sudah lama sekali. Padahal aku berharap di majalah dinding ini tidak mesti ditempelin puisi, tapi boleh juga persoalan lainnya, seperti masalah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan dunia pendidikan, informasi temuan para ilmuan dan atau paling tidak yang bisa menambah wawasan.
Beberapa menit kemudian aku disambut pak Faoji, beliau mengizinkanku untuk masuk kelas dan tidak terjadi banyak dialog dengannya. Meski sebenarnya aku berharap agar dia bertanya soal majalah dinding yang kuperhatikan sejak tadi, tapi kufikir tak masalah.
Di kelas IX B ini aku berhadapan dengan 31 siswa, respon mereka cukup lumayan dan komunikatif. Dan aku tidak kesulitan menggiring perhatian mereka pada beberapa persoalan yang kupaparkan mengenai kepekaan serta kesadaran terhadap dunia belajar yang tengah mereka alami saat ini.
Setelah dua jam di depan kelas dan memberi tugas menulis puisi, aku berhasil mengumpulkan 31 puisi sedangkan satu puisi milik rekan mereka kukembalikan karena puisi tersebut dapat nyontek dari buku pelajaran bahasa Indonesia.
Dari 30 puisi itu aku mendapatkan dua puisi yang lumayan baik, keduanya bercerita tentang cinta: “Cinta Matematika” karya Ela Puji Wiharti dan “Puisi Cinta” karya Mutia. Keduanya terasa sangat menggelitik karena selain tema dan gagasannya, cara mengungkapkan persoalan yang mereka tuangkanpun unik.
Seperti Ela misalnya, dia seolah memahami persoalan “hidup” dengan mengambil contoh pada persoalan cinta, yang dalam hal ini sangat berkaitan erat dengan sifat-sifat manusia umumnya, tidak pernah puas, yang dia ungkap secara matematis:
Jika 1 hati tak cukup
kau tambah dengan hati yang lain
jika belum sampai limit
kau akan terus menambah 2, 3, 4
dan sampai tak berhingga

Hmmm  cinta
itulah manusia
yang memiliki akar-akar kuat
untuk menegakkan siku-siku pada
segi tiga hati mereka
Fantastis!!! Asyik, personifikatif dan menarik. Suatu ungkapan sederhana yang dimiliki semua manusia, yakni alasan. Yang memiliki akar-akar kuat, untuk menegakkan siku-siku pada segitiga hati mereka. Atau yang memiliki alasan kuat, mengapa mereka memilih, menambah, menduakan bahkan men-tiga-kan kekasihnya.
Secara psikologis kepuasan manusia memang tidak ada batasnya, dan untuk melancarkan atau mengejar guna mencapai keinginan-keinginannya, setiap orang punya alasan. Dan alasan-alasan tersebut oleh Ela diumpamakannya sebagai akar yang kemudian diperkuat oleh keyakinan.
Namun bagaimana pun seseorang mampu mengedepankan alasan-alasannya serta keyakinannya untuk melengkapi keinginannya, tetap saja ada orang lain yang terluka oleh prilakunya. Dan hal ini juga diungkapkan Ela secara matematis dengan pilihan diksi yang padat dan manis.
Ini bukan puisi biasa
ini puisi cinta matematika
penuh rumus dan logika
jika kau menghitung 1: 2
maka jawabannya bukan 0,5
tapi hati yang terluka
atau hati tertusuk jangka
Untuk menulis puisi seperti Ela Puji Wiharti tentulah dibutuhkan banyak referensi melalui kebiasaan membaca, serta kepedulian terhadap lingkungan terkecil hingga lingkungan yang lebih luas. Dengan memperkuat daya ingat terhadap setiap persoalan yang terjadi atau yang kita lihat.
Sementara Mutia dengan puisi cintanya lebih sebagai ungkapan pengalaman pribadi atau pengalaman orang lain yang sempat dia rekam. Pengalaman yang begitu membekas di hatinya.
Berbagai cobaan aku terima
untuk mendapatkan cinta itu
tapi karena perbedaan
aku harus melepasnya
demi kebahagiaan dia
aku rela melepasnya
selamat jalan cinta
aku tak ingin semua terjadi
hanya karena perbedaan usia ini
Sebagai ungkapan verbal yang didorong kesadaran emosional dalam bahasa konvensional yang lebih mudah difahami orang lain. Sehingga pembaca menjadi bagian dari peristiwa yang pernah dialami Mutia seperti dia ungkap dalam puisi ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar