Senin, 01 November 2010

Pendidikan, Sastra & Budaya


Puisi: Durokman

Hujan Di Sekolahku

Setiap kali aku melihat langit runtuh
halaman sekolahku
berubah jadi tempat tinggal ikan
harum ikan asin pun digiring angin
ke dalam kelas

Hujan juga kemudian mengundang
pemulung seakan-akan halaman sekolahku
jadi tempat mata pencahariannya


SMKN 1 Kandanghaur - Indramayu

Puisi: Fatimatul. A

Sekolah

Tempatku belajar
tempatku menimba ilmu
susah, mudah, senang, duka kulewati
di sekeliling kulihat rumput dedaunan hijau

Hijau lapangan yempat biasa kami bermain
kadang masih belum membuatku nyaman
sebab setiap habis hujan
apel pagi kami terpaksa dilakukan
di teras sekolah

Tapi taka pa
aku yakin ke depan sekolahku akan
jadi kebanggaan
dan akupun akan menjadi lebih baik dari hari ini

SMKN 1 Kandanghaur - Indramayu


Tinjauan Sajak:

Kejujuran Dan Kreatifitas

oleh Acep Syahril

Kejujuran berfikir berkreatifitas biasanya akan tercermin pada karya yang dihasilkan seseorang, karena apa yang difikrkan dan menjadi inspirasi pada saat kreatifitas itu berlangsung ada suatu tanggung jawab moral yang tidak bisa lepas dari seorang kreartor. Sekalipun karya yang dihasilkan itu pahit bagi orang lain, namun secara estetika karya tersebut tetap memiliki nilai lebih untuk sebuah karya seni. 
Seperti pada puisi Durokman, siswa SMKN 1 Kandanghaur, Indramayu berjudul Hujan Di Sekolahku. Durokman dengan sangat hati-hati mentransfer rekaman yang pernah ada di fikiran serta mata lahirnya ke dalam susunan kata-kata puitik. Sebuah peristiwa ulang berulang yang tak pernah berhenti mengusik keberadaannya selaku siswa yang ikut belajar dan menimba ilmu di sekolah ini. //Setiap kali aku melihat langit runtuh/halaman sekolahku/berubah jadi tempat tinggal ikan/harum ikan asin pun digiring angin/ke dalam kelas//.
Penegasan kejujuran berkreatifitas ini bisa juga diambil dari pemikiran Aristoteles, yang menganggap seniman dan sastrawan yang melakukan mimesis (meniru) tidak semata-mata menjiplak kenyataan, melainkan sebuah proses kreatif untuk menghasilkan kebaruan. Seniman dan sastrawan menghasilkan suatu bentuk baru dari kenyataan indrawi yang diperolehnya.
Artinya apa yang dilakukan Durokman adalah suatu upaya kreatif memindahkan persoalan lahir yang terjadi di lingkungannya melalui mata lahir serta ketajaman insting yang dia miliki, kemudian peristiwa tersebut diolahnya dalam bentuk lain menjadi sebuah karya seni (puisi).
Kepekaan dan ketajaman insting ini paling tidak mulai disadari oleh teman-teman Durokman, bahwa betapa kepekaan serta ketajaman isnting tersebut tidak hanya berlaku untuk karya seni belaka, tapi juga berlaku untuk melahirkan karya-karya yang dapat menciptakan lapangan kerja bagi pribadi-pribadinya.
Apa yang dirasakan Durokman ternyata juga dirasakan Fatimatul. A, kalau sensitifitas Durokman terasa lebih hidup dalam puisinya dibuktikan dengan personifikasi yang tajam, seperti: setiap kali aku melihat langit runtuh halaman sekolahku berubah jadi tempat tinggal ikan, atau hujan kemudian mengundang pemulung, seakan-akan halaman sekolahku jadi tempat mata pencariannya.
Sebab pada saat air hujan menjadi banjir yang membawa berbagai macam kotoran dan benda-benda, maka lapangan yang biasanya di jadikan tempat upacara itu berubah wajah jadi tempat tumpukan sampah.
Sensitifitas terhadap persoalan yang terjadi di lingkungan sekolah ini juga kemudian dituangkan Fatimatul secara personifikatif: //Hijau lapangan yempat biasa kami bermain/kadang masih belum membuatku nyaman/sebab setiap habis hujan/apel pagi kami terpaksa dilakukan/di teras sekolah//.
Meski pun bahasa yang digunakannya lebih verbal dan cair, tapi paling tidak keduanya telah memiliki kepedulian terhadap kondisi sekolahnya. Sebagai bahan renungan bagi para pejabat pengambil kebijakan yang ada di Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar