Senin, 01 November 2010

Pendidikan, Sastra & Budaya

Puisi: M. Syaeful.R
 
Ikrar Cinta
 
Aku mati hanya karena kamu
aku bahagia hanya karena kamu
aku terluka mungkin karena kamu
kamu segalanya
 
Karena di hatiku ada hatimu
di jantungku ada detak jantungmu
di mimpiku ada mimpi indahmu
kaulah jiwaku
 
Di langitku indah bias pelangimu
di bintangku ada bola matamu
di hidupku cinta mati untukmu
selamanya
 
SMK Telematika Indramayu, klas XII B
 
Puisi: Carmadi Pramoza
 
Puisi Lucu
 
Melihat wajahmu
seperti aku melihat monyet
bergelantungan di pohon
 
Sentuhanmu
membuat bulu kudukku
merinding
 
Ayunan detak nafasmu
seperti ayunan bayi
 
Dan andai aku bisa
mendapatkanmu akan
kujadikan kau tambatanku
selamanya
 
SMK Telematika Indramayu, klas XII B
 


Tinjauan Puisi:
Keliaran Imajinasi Yang Memiliki Keunikan
 
oleh Acep Syahril
 
Menulis bukanlah suatu aktivitas yang mudah dilakukan, apalagi jika seseorang yang dihimbau untuk kegiatan yang satu ini tidak memiliki keinginan atau niat untuk memulainya. Sebaliknya bagi seseorang yang punya keinginan menulis walau hanya disuguhkan apresiasi namun apresiasi tersebut mampu merangsang kepekaannya, sudah pasti hatinya akan tergerak untuk belajar menulis.
Aktivitas menulis selain karena bakat juga karena aktivitas membaca selain adanya sentuhan media atau objek yang ikut memberi dorongan pada inspirasinya. Seperti benda atau lokasi dengan suasana khusus yang mampu memancing daya imajinasi serta dorongan lain untuk melakukan sesuatu berupa catatan atau kenangan yang dibiarkan melekat pada ingatannya.
Kalau pun berupa catatan biasanya lebih pada pengekpresian kekagumannya pada objek tersebut dengan ungkapan yang pariatif, dari sini sebenarnya seseorang yang memiliki sensitifitas baik akan segera menangkap kelebihan lain yang ada pada dirinya.
Puluhan tahun saya melakukan perjalanan menjadi guru yang mengemis pada jam pelajaran ekstrakurikuler bahasa dan sastra, begitu banyak bakat-bakat penulis yang saya temukan ketika membantu membukakan klep estetika yang ada pada diri setiap siswa. Tapi mungkin karena kurangnya perhatian atau karena memang tidak adanya keinginan mereka untuk menggali potensi dalam dirinya, akhirnya ketika saya kembali ke sekolah mereka tidak ada perubahan apa pun di sekolah itu.
Kali ini saya datang ke SMK Telematika Indramayu, di sekolah ini saya disambut langsung oleh wakil kepala sekolahnya, Dadang Rahmatilah. Tanpa panjang lebar saya langsung di bawa ke kelas yang kebetulan tidak ada jam pelajaran lain.
Di kelas ini kemudian saya menemukan beberapa siswa yang mengekpresikan suasana hatinya ke dalam puisi dengan gaya ungkap sedikit unik. Awalnya saya mengira karena ada hubungannya dengan materi pelajaran atau keberadaan sekolah mereka “telematika”, yang beberapa tahun terakhir masih jadi perbincangan menarik tentang pengertian tele ma tika yang misteri itu.
Ternyata tidak, sebab materi pelajaran yang mereka terima juga tidak beda dengan SMK yang memiliki jurusan informatika. Lalu saya terus mereka-reka atau mungkin karena mereka lebih dominant masuk ke dunia maya dan membuka banyak jendela dunia? Mungkin saja, sekarang coba saja kita simak puisi-puisi mereka.  
Di sini Syaeful memang agak beda dari anak-anak puber sebayanya, pada puisinya dia tidak menuliskan persoalan cinta seperti umumnya, semisal “hidup matiku hanya untukmu”. Tidak. Melainkan “aku mati hanya karena kamu”.
aku bahagia hanya karena kamu
aku terluka mungkin karena kamu
kamu segalanya
Sebuah penegasian atau perlawanan yang unik dalam penuturan cinta seorang anak muda, atau bisa juga puisi ini diseret pada persoalan Ilahiah dan mungkin ini lebih mengena.
Di langitku indah bias pelangimu
di bintangku ada bola matamu
di hidupku cinta mati untukmu
selamanya
selain ungkapan puisinya yang menarik, Syaeful juga pandai memilih kata sehingga dari puisinya nyaris tidak ada kata atau diksi yang tumpah sia-sia.
Hal yang sama juga terlihat pada puisi Carmadi Pramoza dengan Puisi Lucu nya. Entah apa yang menginspirasi dirinya sehingga dia menuliskan perempuan yang ingin dia dekati dikatakannya sebagai monyet, hantu atau bayi.
Puisi tersebut diberinya judul ‘puisi lucu’, yang menurut saya bukan lucu yang lucu tapi lucu yang serius. Sebab dari kesatuan diksi atau kata yang dirangkainya tidak ada bangunan kelucuan yang membuat puisi ini jadi lucu, melainkan tumbuhnya rasa keingintahuan pembaca. Mengapa Carmadi mengatakan, ayunan detak nafasmu seperti ayunan bayi, yang secara hiperbol sangat berlebihan, namun dalam puisi ungkapan ini menjadi lebih unik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar